Sabtu, 1 Mei 2010
Hari ini bisa dibilang hari air mata. Kenapa? gini nih critanya..,,
Hari ini adalah hari terakhir Tyas di Makassar. Tyas itu sahabat terbaikku disini lebih tepatnya di dunia ini. Dia baik, pinter, pengertian, gokil, dll. Dia selalu ngingetin aku sama Allah S.W.T. Dia hari ini mau pindah ke Jakarta mau lanjut SMA di sana. Di sini dia tinggal bareng tantenya. Orang tuanya tinggal di Jakarta.
Pagi-pagi sekitar pukul 8 WITA aku nelpon Tyas. Aku nelpon Tyas, Tyas kayaknya baru bangun. Jadi aku nggak banyak ngobrol disitu. Tanpa basa-basi langsung bilang salam dan tutup telponnya.
Siangnya, pulang sekolah, aku sms Tyas tapi nggak dibales-bales. Pas sampe dirumah aku langsung nelpon Tyas. Mau nanyain hal yang sama.
Telpon, telpon, dan menelpon. Akhirnya Tyas sms aku. Katanya dia udah di deket kompleks rumahku. Aku langsung mluncur ke depan kompleks untuk nunggu Tyas disana. Lama, lama, lama. Tyas sms, "aku dah di depan citra. Rumahmu dimana?". Aku kaget *lebay* langsung aku telpon Tyas, bilang, "rumahku sebelum citra..". Tyas langsung bilang ke orang yang nyetir "puter balik deh.. kelewatan rumahnya.". Akhirnya puter balik juga.
Di mobil ada temennya Tyas, namanya Sasa *klo nggak salah*. dan ternyata itu adalah mobilnya si Sasa, bukan Tyas.. huaa... malu deh..
Di mobil kita ber-3 (aku, Tyas, Sasa) pada diem smua.. Ibunya Sasa yang lagi nyetir bilang gini, "ngobrol nak..", kita ber-3 cuma senyum-senyum aja. Ibunya Sasa bilang lagi gini, "ntar disana mau nangis. jadi pada diem.", dengan santainya lagi kita ber-3 senyum-senyum aja.
Sesampainya di bandara, aku turun duluan dari mobil. FAKTANYA pas aku turun dari mobil, kaki ku gemeteran. Aku tarik napas sebentar dan itu dapat menggurangi rasa gemeteran di kakiku. Tidak lama kemudian, rasa gemeteran di kakiku smakin kuat, rasanya aku nggak kuat berdiri ..
Tyas langsung
cek in. Kita smua nungguin Tyas diluar. Nah, diluar itu ada tantenya Tyas sma temennya dateng juga nganterin Tyas. Tantenya Tyas nyeritain masa lalunya Tyas dan keluarganya ke mamanya Sasa. Dan aku saat itu berada di tengah-tengahnya mereka *agak ke blakang sedikit sih*. Akhirnya aku bisa mengetahui masalah dalam keluarganya sehingga dia bisa sekolah di Makassar.
Nggak lama kemudian Tyas keluar dari dalam pintu keberangkatan. Tyas bilang masih ada waktu 15 menit untuk ngobrol bentar. Dan itu waktu yang sangat singkat sekali. Lebih singkat dari biasanya aku bertemu dengan Tyas. Ngobrol, ngobrol, ngobrol, dan akhirnya waktu yang sangat menyedihkan ini menghampiri kita.
Tantenya Tyas ngomong pertama, "yaudah ntar Tyas terlambat." Lanjut mamanya Sasa.. blablablabla... Disitulah Tyas mulai meneteskan air matanya.
Pertama Tyas meluk Tantenya dulu kemudian mamanya Sasa dan Sasa. Aku dapet bagian terakhir. Disitu Tyas langsung meluk aku dengan erat, seerat yang ia bisa.
Saat Tyas meluk aku dengan erat, tanganku nggak bisa digerakin sama sekali. Kakiku gemeteran dan nggak bergerak sama sekali. Jantungku berdetak kencang. Aku seperti patung. Aku merasakan kesedihan yang begitu dalam saat Tyas memelukku. Hanya kepalaku yang dapat digerakkan. Dalam waktu yang singkat itu, aku menyempatkan meletakkan kepalaku di pundaknya Tyas. Dan disitulah air mataku mulai turun.
Stelah Tyas melepaskan aku dri pelukannya, rasa gemetar di kakiku makin meraja lela. Aku nggak kuat berdiri. Tapi aku juga tidak bisa terjatuh. Entah kenapa.
Sebenernya setelah acara kesedihan itu berakhir aku mau ngasih surat ke Tyas, tapi Tyas keburu pergi jadi surat itu aku jadiin catatan di Facebook aja...
Ini FAKTA! Aku baru merasakan sperti ini seumur hidupku. Aku merasakan sebuah hidup yang hilang. Dan aku baru merasakan AKU HIDUP! BENAR-BENAR HIDUP!
Label: Sahabat